Tuesday, November 3, 2009

Teman..jangan biarkan dirimu terlena...

. Tuesday, November 3, 2009



Assalamualaikum...

Alhamdulillah, skrg sudah masuk minggu ke dua dalam blok terakhir dalam medical school sebelum menjengah ke alam klinikal...Dalam blok ini (Family Medicine), kami didedahkan dengan pelbagai cara, kaedah, jalan dan prinsip2 kedokteran keluarga yang mencakup pelbagai aspek yang menitik beratkan keterampilan dalam berkomunikasi dan juga memberikan pelayanan serta membuat keputusan yang terbaik dalam menjaga kepentingan bersama yaitu kepentingan diri sebagai seorang doktor dan pesakit itu sendiri.

Komunikasi yang baik amatlah penting bagi seorang doktor kerana komunikasi yang baik dan efektif sendiri sahaja sudah mampu mengembalikan semangat seorang pesakit dan harapan untuk sembuh juga bertambah. Sebagai contoh, komunikasi ketika clerking atau anamnesis (bhasa latin) dalam membuat diagnosis suatu penyakit, amat kritikal kerana disamping kita menggali informasi tentang penyakit, kita juga telah meringankan sedikit sakit yang dideritainya mungkin dengan bahasa dan juga cara komunikasi kita yang efektif dan kuratif. MasyaAllah.. Ini terbukti benar dan sememangnya komunikasi yang baik membuatkan seseorang pesakit itu akan merasakan dirinya lebih mendapat perhatian dan dihargai sehingga mereka sanggup meluahkan segalanya kepada kita dan hasilnya, "win win situation", memberikan keuntungan kepada kedua-dua belah pihak. Itulah, sedikit sebanyak yang bisa saya kongsikan bersama disini...insyaAllah, nnt saya sambung di kesempatan lain.

Hmm..namun perhatian saya sebenarnya merujuk kepada judul entri ini. Teman. Hidup ini tidak akan pernah ceria tanpa teman..apatah lagi teman seperjuangan kita yang banyak membantu kita dalam mencapai cita-cita. Apa yang membuat saya ingin luahkan disini adalah kerana teman. Teman yang mengajar saya erti sebuah kehidupan, erti sebuah perjuangan, erti sebuah kemerdekaan..erti sebuah kebebasan.. Saya bersyukur kerana masih lagi dikelilingi oleh teman2 yg bergelar sahabat, yang masih mampu membimbing diri saya, yang masih mampu menegur setiap salah dan silap agar saya tidak terlena di dalam sandiwara duniawi ini. Sehingga saat ini dan insyaAllah hingga ke akhirat sana, saya amat menghargai setiap insan yang bergelar teman bagi hidup saya.

Teman seringkali dikaitkan dengan cinta. Tidak semestinya teman itu harus bercinta. definisi cinta dan teman itu luas dari segi makna dan istilahnya hanya tinggal diri kita sahaja untuk memilih dan menilai sejauh manakah pegertiannya pada kita. Namun begitu cinta sememangnya merupakan fitrah bagi setiap insan. Manusia diciptakan Allah SWT dengan membawa fitrah untuk mencintai lawan sejenisnya. Sedikit renungan buat teman dan diri ini yang masih rapuh hatinya untuk meredahi perjuangan ni...

Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya:
“Sesungguhnya Allah S.W.T tidak memandang kepada rupa paras dan harta benda kamu tetapi Allah hanya memandang kepada niat hati dan amalan-amalan kamu.” (Riwayat Muslim)

Katakanlah: "Wahai hamba-hambaKu yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri (dengan perbuatan-perbuatan maksiat), janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, kerana sesungguhnya Allah mengampunkan segala dosa; sesungguhnya Dialah jua Yang Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. (Surah Az-Zumar: 53)

“Wahai umat manusia! Sesungguhnya sudah datang kepada kamu al-Quran yang menjadi nasihat pengajaran daripada Tuhan kamu, dan yang menjadi penawar bagi penyakit batin (hati) yang ada dalam dada kamu dan menjadi hidayah petunjuk untuk keselamatan serta membawa rahmat bagi orang beriman.” (Surah Yunus: ayat 57).

Hidup ini ibarat belantara. Tempat kita mengejar berbagai keinginan. Dan memang manusia diciptakan mempunyai kehendak, mempunyai keinginan. Tetapi tidak setiap yang kita inginkan bisa terbukti, tidak setiap yang kita mahu bisa tercapai. Dan tidak mudah menyedari bahwa apa yang bukan menjadi hak kita tak perlu kita tangisi.

Betapa ramainya orang yang berjaya tetapi lupa bahwa sejatinya itu semua pemberian Allah hingga membuatnya sombong dan bertindak sewenang-wenang. Begitu juga kegagalan sering tidak dihadapi dengan benar. Padahal dimensi tauhid dari kegagalan adalah tidak tercapainya apa yang memang bukan hak kita. Padahal hakikat kegagalan adalah tidak terengkuhnya apa yang memang bukan hak kita.

Apa yang memang menjadi jatah kita di dunia, entah itu rezeki, pangkat atau kedudukan, pasti akan Allah sampaikan. Tetapi apa yang memang bukan milik kita, ia tidak akan kita bisa miliki. walaupun ia menghampiri kita, walaupun kita mati-matian mengusahakannya.

"Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berdukacita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.." (al-Hadiid: 22-23)

Demikian juga bagi yang sedang bimbang terhadap jodoh. Tanpa disedari, kadang2 kita memaksa Allah tentang jodoh kita, bukannya meminta yang terbaik dalam istikharah kita tetapi benar-benar memaksa Allah: "Pokoknya harus dia Ya Allah! Harus dia, karena aku sangat mencintainya." Seakan kita jadi yang menentukan segalanya, kita meminta dengan paksaan. Dan akhirnya andai pun Allah memberikannya maka tak selalu itu yang terbaik. Bisa jadi Allah mengulurkannya tidak dengan kelembutan, tapi melemparkannya dengan marah karena niat kita yang terkotori.

Maka wahai jiwa yang sedang gundah, dengarkan ini dari Allah:

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kamu. Dan boleh jadi kamu mencintai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kamu. Allah Maha mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui." (al-Baqarah: 216)

Maka setelah ini wahai teman dan jiwa yang dhaif ini, jangan kau hanyut dalam nestapa berkepanjangan terhadap apa-apa yang luput darimu. Setelah ini harus benar-benar difikirkan bahwa apa-apa yang kita rasa perlu di dunia ini harus benar-benar perlu, bila ada relevennya dengan harapan kita akan bahagia di akhirat. Kerana seorang Mu'min tidak hidup untuk dunia, tetapi menjadikan dunia untuk mencari hidup yang sesungguhnya: hidup di akhirat kelak.



وَ َ لا تَهِنُوا وَ َ لا تَحْزَنُوا وََأنتُمُ الأَعَْلوْ َ ن إِن ُ كنتُم مُّؤْمِنِينَ
"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah kamu bersedih hati, pada
hal kamulah orarg-orang yang paling tinggi darjatnya, jika kamu orang-orang
yang beriman."
(Aali Imran: 139)

Wallahua'alam...

0 comments:

Post a Comment